Senin, 27 Februari 2017

Manajemen Stress2

Bagi Anda yang memiliki cukup waktu untuk meditasi, tidak memiliki pemutar musik, atau tak sempat membeli buku bacaan favorit, Anda bisa melakukan terapi tertawa dengan teman atau pasangan Anda. Terapi tertawa merupakan salah satu jenis terapi kita diajak untuk tertawa terbahak-bahak dengan sengaja. Pada saat tertawa, tubuh mengeluarkan hormone endorphin atau yang lebih dikenal dengan hormone gembira, yang berefek pada menurunnya emosi atau perasaan negatif yang sedang kita alami. Hormone ini juga sedikit banyak menghilangkan rasa nyeri, sakit atau dengan kata lain dapat menjadi pengurang rasa sakit yang alami. Pada akhirnya dengan keluarnya hormone ini maka stress yang sedang terjadi akan menurun pula kadarnya sehingga fungsi kekebalan tubuh (imunitas) akan meningkat dan tubuh menjadi tetap sehat.

Tidak heran jika orang yang suka tertawa atau mempunyai sifat yang humoris tampak lebih sehat, jarang sakit, dan mudah mengatasi stresnya. Oleh karena itu, tertawa sangat dianjurkan bagi Anda yang sedang mengalami stress. Masalahnya adalah bagaimana kita bisa tertawa lepas jika tidak ada hal lucu yang terjadi disekitar kita? Bagaimana mungkin kita bisa tertawa terbahak-bahak bila lingkungan tempat bersosialisasi penuh dengan stresor dan masalah? Anda tidak perlu khawatir dengan semuanya, karena sekarang telah dikembangkan sebuah terapi tertawa.



Terapi ini bisa dilakukan sendiri dirumah bersama pasangan atau dikantor bersama rekan kerja Anda. Terapi ini tak membutuhkan biaya sama sekali, Anda hanya perlu mencari pasangan atau kelompok kecil untuk melakukannya, berikut ini cara sederhana untuk melakukan terapi tertawa:
-          Berdiri berhadapan dengan pasangan atau teman Anda, bisa juga membentuk lingkaran kecil dalam kelompok kecil berisi maksimal 5 orang.
-          Tarik napas panjang sebanyak 3 kali, kemudian lafalkan kata-kata: “Hahaha…”, “Hihihi…”, “Hohoho…”, “Hehehe…,” dengan lafal yang jelas. Sebagai contoh saat mengucapkan lafal “Hahaha” buku mulut Anda lebar-lebar, saat mengucapkan lafal “Hihihi” tunjukkan deretan gigi-gigi Anda.
-          Lafalkan pengucapan tersebut sebanyak 3 kali. Setelah itu bicarakan dengan pasangan tertawa Anda, gaya tertawa apa yang ingin dipraktikkan, misalnya gaya tertawa kuntilanak yang melengking, gaya tertawa terbahak-bahak sambil goyang dangdut, atau gaya tertawa sambil mengaum seperti macan. Kreasikan gaya tertawa sesuai keinginan Anda dan pasangan tertawa.
-          Setelah sepakat dengan gaya tertawa apa yang ingin dilakukan, ulangi kembali pelafalan “Haha…Hihi…Hoho…Hehe” sebanyak 3 kali, kemudian lanjutkan dengan gaya tertawa dengan yang telah disepakati tadi dengan menggunakan mimic wajah dan gerakan tubuh selucu mungkin.
-          Ulangi kegiatan nomor 4 berkali-kali hingga Anda dan pasangan saling tertawa saat melihat mimik dan gerakan tubuh yang dibuat selucu mungkin.
Terapi ini dapat dilakukan selama 15-20 menit dan dijamin akan sukses membuat Anda dan pasangan tertawa terbahak-bahak hingga mengeluarkan air mata. Selain mengurangi stress dan meningkatkan hormone endorphin, Anda dan pasangan tertawa menjadi semakin kompak karena akan saling berkomunikasi satu sama lain. Hubungan dengan pasangan atau dengan teman sekantor bisa menjadi lebih baik melalui kegiatan ini, hubungan yang semakin baik akan membuat suasana dirumah dan dikantor jadi lebih menyenangkan serta jauh dari stress.
Menulis Ekspresif
Apakah Anda pernah merasa bahwa tidak seseorang yang bisa diajak bicara saat Anda stress? Pernahkah Anda merasa malu atas masalah Anda hingga tak mau menceritakan pada orang lain? Apabila jawabannya pernah, tentunya Anda akan dilanda stress terus-menerus tanpa henti. Stress yang terus menerus terjadi akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan fisik maupun psikis yang serius, agar tidak terjadi hal yang demikian, menulis ekspresif dapat menjadi alternatif manajemen stress yang jitu.
Menulis ekspresif merupakan kegiatan menuliskan hal-hal yang menjadikan seseorang stress atau menuliskan kejadian-kejadian traumatik yang pernah atau tengah dialami. Menulis ekspresif pertama kali dikembangkan pada tahun 1986 oleh dua orang professor dalam bidang psikologi yang melakukan penelitian pada mahasiswa disebuah universitas, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa mahasiswa yang diminta menuliskan hal-hal yang membuat stress atau trauma ternyata terbukti mengalami penurunan gangguan kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena pada saat menulis, emosi-emosi negatif yang muncul akibat trauma atau stress bisa terkurangi hingga individu pun merasa lebih lega dan tenang.
Menulis ekspresif dapat dilakukan setiap hari seperti menulis buku harian atau dapat juga dilakukan saat Anda mengalami stress atau trauma yang begitu berat, Anda bebas menuliskan apa saja yang dirasakan mengenai stress atau trauma yang dialami tanpa merasa sungkan atau merasa dihakimi oleh orang lain, gunakan kalimat dan bahasa sesuka Anda, dapat menggunakan bahasa daerah atau istilah ciptaan Anda sendiri, menulis ekspresif cukup dilakukan selama 15-30 menit sesuai dengan kebutuhan dan keinginan Anda sendiri.
Hasil tulisan dapat disimpan sebagai dokumen pribadi dan dapat dibaca kembali sebagai bahan intropeksi serta pembelajaran dimasa yang akan datang. Apabila Anda termasuk orang yang tertutup atau kurang nyaman mengungkapkan rasa marah atau ketersinggungan secara langsung, Anda bisa menyerahkan hasil tulisan pada orang lain agar orang lain memahami apa yang sedang dirasakan oleh Anda, bahkan mungkin tulisan yang dihasilkan dapat dirangkai menjadi sebuah cerita dalam sebuah buku yang bisa Anda wariskan kepada anak cucu Anda sebagai bagian dari pembelajaran tentang hidup.
Window Shopping 
Tidak ada wanita yang tak suka berbelanja, sebagian besar dari Anda tentunya setuju dengan pernyataan tersebut, hampir tiap wanita menikmati sensasi memilih dan membeli barang-barang bagus baik dipasar tradisional maupun dimal-mal besar. Berbelanja menjadi sangat merugikan jika harga barang belanjaan jauh lebih besar ketimbang penghasilan dalam sebelumnya, berbelanja dapat menjadi hal yang negatif bila Anda lebih banyak membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan hingga menumpuk dan pada akhirnya tidak digunakan sama sekali.

Namun tidak selamanya berbelanja itu dikaitkan dengan hal-hal negatif, belanja bisa juga menjadi sarana menghilangkan stress sekaligus menyehatkan tubuh. Agar pengeluaran Anda tidak membengkak akibat tergoda membeli terlalu banyak barang, lakukan saja window shopping. Arti dari istilah ini bukanlah “berbelanja jendela” namun memiliki makna sederhana, yaitu melihat-lihat barang-barang yang terpampang dijendela atau etalase toko atau butik yang Anda kunjungi. Makna lainnya adalah hanya melihat-lihat barang tanpa harus membelinya karena memang harga barang tersebut cukup tinggi atau tidak dibutuhkan.
Sering kali saat melakukan window shopping Anda merasa tergoda dengan eloknya barang-barang yang terpampang ditoko. Untuk menghindari hal tersebut, salah satu trik yang bisa dilakukan adalah bawalah uang tunai yang tidak terlalu besar dan tinggalkan kartu kredit, kartu debit atau kartu ATM Anda dirumah. Hal tersebut akan membuat Anda berpikir untuk tidak membeli seluruh barang yang Anda lihat karena memang tidak membawa cukup uang untuk membayarnya, cukup puaskan pikiran dan jiwa Anda dengan melihat eloknya barang-barang yang ada dihadapan Anda tanpa harus memboroskan pengeluaran bulanan.
Selain bisa mengurangi stress, window shopping dengan berjalan kaki sama sehatnya dengan jogging atau olahraga jalan kaki. Saat mengitari mal atau pasar tradisional yang jaraknya ratusan meter bahkan hingga kiloan meter, tanpa sadar Anda sudah berolahraga ringan jalan kaki. Tanpa disadari Anda sudah menghabiskan ratusan kilo kalori dalam tubuh ketika berjalan dari satu toko ke toko lain atau saat melihat-lihat baju-baju yang terpampang dirak toko.
Marah yang Sehat
Marah atau amarah biasanya muncul saat seseorang merasa tak nyaman pada perkataan atau perbuatan orang lain. Masing-masing orang mempunyai cara yang berbeda saat mengungkapkan marahnya, ada yang dengan berteriak atau mengomel, ada juga yang hanya diam, ada yang pasang wajah cemberut dan lain sebagainya. Pada dasarnya marah memang perlu diungkapkan agar tak terjadi kesalahpahaman berkepanjangan dengan orang lain, selain itu apabila kita menyimpan amarah terlalu lama dan banyak dapat pula menyebabkan stress dan depresi akibat penumpukan masalah yang tidak diungkapkan.
Ketika marah, sering kali kita cenderung akan berkata dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Perkataan yang keluar cenderung kasar dan bahkan dapat menyakiti orang lain, tindakan yang kita lakukan juga cenderung tidak terarah serta mengarah pada tindakan negatif. Marah yang tidak disalurkan dengan sehat dapat memberikan efek yang tidak baik bagi Anda sendiri dan orang-orang disekitar Anda, oleh karena itu ada baiknya Anda belajar untuk mengungkapkan marah yang sehat pada orang lain. Marah yang sehat dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut:
-          Ketika ada seseorang yang membuat Anda marah, tarik napas panjang hingga amarah Anda mereda.
-          Tenangkan diri Anda dengan menjauhi orang tersebut untuk sesat.
-          Carilah waktu luang yang tepat untuk membicarakan marah Anda pada orang yang menjadi penyebab marah Anda. Anda bisa mengawali pembicaraan dengan kalimat: “Saya sangat marah pada perkataan kamu tadi” atau dengan kalimat: “Saya mengajak kamu untuk bicara sekarang ini karena saya merasa tersinggung dengan perbuatan kamu tadi.” Gunakan kalimat-kalimat yang bertujuan mengungkapkan perasaan marah Anda dengan nada bicara yang tetap tenang tanpa berteriak atau mengomel dengan keras.
-          Ungkapkan semua amarah yang dirasakan agar orang lain memahami bahwa Anda merasa tidak nyaman dengan perkataan atau perlakuannya.
-          Usai rasa marah diungkapkan seluruhnya, barulah komunikasikan penyelesaian masalah yang membuat Anda marah. Penyelesaian masalah akan lebih mudah ditemukan apabila rasa marah Anda sudah berkurang atau hilang.
Cara marah yang sehat ini dapat diterapkan agar perasaan negatif yang dirasakan dapat cepat menghilang dan stress pun dapat berkurang. Anda bisa melakukan marah sehat pada pasangan saat terjadi konflik dalam rumah tangga, cara ini dianggap lebih efektif ketimbang harus saling berteriak atau mengeluarkan makian kasar pada pasangan yang malah akan memperburuk konflik yang sedang terjadi. Marah yang sehat justru dapat menjadi ajang curhat atau saling mengungkapkan ketidaknyamanan masing-masing pasangan sehingga akan semakin menyehatkan hubungan keduanya. 

Baca juga: Madu Penyubur Kandungan 

Related Posts

Manajemen Stress2
4/ 5
Oleh